Legenda Rumah Jawa

0
150

Pondok yang mulai dibangun dua belas tahun lalu (2012), saat itu mulai banyak peminatnya. Santri Angkatan pertama dan Angkatan kedua jumlahnya sudah lebih dari dua ruang asrama.

Ranjang bertingkat yang disediakan oleh pondok, hanya bisa untuk santri putra. Akhirnya pengurus harus memutar otak supaya semua tercukupi.

Pekerjaan rumah masih sangat banyak. Salah satunya adalah menyelesaikan pekerjaan awal sebagai rintisan Pondok. Pengurus harus terus memeras otak, sebab tingginya animo dari orang tua yang hendak menitipkan putra putrinya menjadi santri PPMTQ DAARUSSALAAM Muhammadiyah Cabang Slinga.

Asrama yang tersedia baru ada di komplek MTs. Ada empat ruang, dua lantai. Yang menjadi cikal bakal PPMTQ Daarussalaam Slinga.

Pimpinan Cabang Muhammadiyah Slinga saat itu, mengajak seluruh elemen PCM dan Ortom untuk bersama-sama menyelesaikan masalah asrama.

Akhirnya diputuskan santri Putra tetap di asrama dan santri putri bertempat di beberapa Rumah penduduk yang bersedia ditempati. Mereka menempati rumah yang masih berada tidak jauh dari komplek Pondok, sehingga kegiatan pondok masih bisa tetap berjalan dan terpantau.

Setelah beberapa waktu berjalan, masalah kemudian bermunculan. Mulai dari masalah air, sampah, ketertiban dan banyak lagi yang disampaikan pemilik rumah. Hal ini membuat pengurus merasa tidak enak dan menjadi beban. Maka pengurus dan Pimpinan Cabang Kembali mencari ide untuk bisa menyelesaikan maslah ini. Maka diputuskan untuk mencari “rumah jawa” yang akan ditempatkan di depan masjid yang sudah di bangun di tanah waqaf yang baru (sebelah timur).

Pak Marsaid sebagai penanggung jawab program pengadaan rumah jawa langsung bergerak mencari target. Mulai mencari informasi rumah yang dekat pondok, dan juga ke desa-desa tetangga, seperti Arenan, Sidanegara dan Selakambang. Tentu saja bukan hanya mencari yang baik, tapi juga yang harganya terjangkau, terkait kondisi keuangan.

Rumah yang berada di desa Arenan dusun Karang Talun, menemukan takdir dibeli oleh pondok. Rumahnya masih lumayan bagus dan harganya 8 juta rupiah. Sesuai dengan budget, harganya terjangkau.

Masalah tidak berhenti sampai terbelinya rumah jawa. Pengurus Kembali berfikir cara memindahkan rumah tersebut ke komplek Pondok. Dibutuhkan keahlian khusus untuk memindahkan barang-barang yang sudah rentan patah/rusak.

Bertemulah dengan ahlinya, yang siap membantu dengan nominal biaya 3 juta rupiah. Alasannya harus banyak orang dan medannya susah. “Yang penting bisa punya asrama untuk putri”, ujar Pak Marsaid.

Setelah pembayaran selesai, rumah langsung dibongkar dan dibawa menuju komplek masjid. Dalam waktu yang tidak begitu lama, rumah/asrama pun selesai di pasang ulang.

Panitia mengganti beberapa kayu yang sudah rapuh seperti tiang, triplek dan beberara lembar seng. Tidak lupa lantai juga di plester sehingga lebih bersih dan nyaman.

Setelah semua persiapan selesai, santri putri segera berpindah ke “rumah Jawa”. Merekapun Nampak ceria karena bisa berkumpul Bersama seluruh santri putri dalam satu tempat.

Artikulli paraprakPelaksanaan ANBK di MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga Berjalan Lancar
Artikulli tjetërIO LSC: Ajang Bergengsi untuk Pelajar Indonesia, Siswa MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga Raih Prestasi Gemilang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini