Di salah satu dinding gedung mufourga terpampang buner besar yang berisi jadwal piket setiap hari. Jadwal piketnya dibagi beberapa tempat, yaitu ruang kelas, ruang guru, ruang kepala madrasah, halaman, jalan, kamar mandi, Tangga masuk dari barat dan tangga masuk dari selatan, membuang sampah dari tempat sampah didepan kelas masing-masing ketempat pembuangan akhir. Semua sudah terbagi siapa yang piket hari senin sampai dengan sabtu.
Para siswa melaksanakan piket setiap pagi saat sebelum pelajaran dan siang setelah pelajaran. Jadwal piket ada dua, jadwal piket pagi dan jadwal piket siang. Sehingga mufourga selalu bersih.
Suatu pagi saat para siswa berangkat ke madrasah, hujan turun rintik-rintik membasahi bumi Slinga dan sekitarnya. Mufournese (sebutan untuk para siswa Mufourga) yang saat itu sedang ramai melaksanakan piket sesuai dengan jadwal masing-masing, terus melaksanakan tugasnya tanpa memperdulikan hujan. Hujan bukan halangan bagi mereka untuk selalu piket, bahkan terilihat semakin semangat agar cepat selesai.
Hampir 70 persen siswa Mufourga berasal dari daerah pedesaan. Mereka berasal dari Slinga, Kalikajar, Kembaran Wetan dan sekitarnya. Mufournese kebanyakan berangkat dengan jalan kaki. Mereka masih bertemu dengan jalan yang belum diaspal atau dirabat beton, sehingga sepatu yang dipakai pasti membawa sisa-sisa tanah. Apalagi kalau pagi hujan, akibatnya lantai teras dan ruang kelas cepat kotor.
Mufournese yang bertugas mengepel tangga jalan masuk mufourga dan lantai teras dengan sabarnya menunggu teman-temannya lewat. Setelah dibersihkan ada siswa lewat, maka kotor lagi. Tetapi mereka terus membersihkannya tanpa mengeluh. Bahkan ada yang lebih kreatif menunggu semua siswa masuk, baru membersihkannya.
Saat ditanya, buat apa dibersihkan, kan nanti kotor lagi?. Mereka serempak menjawab, lebih baik membersihkan yang belum kotor sekali, dari pada