Memasukkan anaknya ke pesantren, merupakan upaya orang tua dalam rangka mengemban tugas atau amanah yang telah dipikulnya. Anak merupakan amanah orang tuanya. Tugas utama mendidik adalah tugasnya orang tua. Bukan karena orang tua tidak sanggup mendidik anak, tetapi orang tua menginginkan anaknya memiliki kedisiplinan yang bagus. Anaknya memiliki dasar tauhid yang hebat. Anaknya ingin menjadi penghafal Alquran. Cita-cita itu semua, membutuhkan habit atau lingkungan yang mendukung. Salah satu yang dibutuhkan, adalah lingkungan yang memiliki visi misi dan tujuan atau gerakan yang sama antar penghuninya.
Saya pernah mendengar sebuah cerita nyata. Salah satu orang tua memasukkan anaknya yang baru lulus TK ke pesantren. Kebanyakan komentar orang lain, adalah tentang tega dan tidak tega. Saya mencoba menggali tentang maksud dan tujuan orang ini segera memasukkan anaknya ke pesantren. Jawabannya sangat dalam dan membuat merinding. Menurutnya, manusia itu insan yang lemah. Diberikan amanah yang luar biasa, yaitu anak. Beliau sangat menyadari, bahwa rumah bukan merupakan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan anak.
Mendengar cerita orang tua ini, saya berkata dalam hati, DAHSYAT. Sudah berfikir visioner, tentang pendidikan jiwa dan penanaman karakter sejak kecil. Di pesantren itu, semua agenda kegiatan mulai dari bangun sampai tidur, sarat dengan pendidikan. Tidak akan saya tulis di sini, pendidikan apa saja. Para pembaca dapat menganalisa sendiri. Kata kuncinya adalah menanam pasti menuai. Menanam padi, akan panen padi. Apa yang kita tanam, itulah yang akan dipanen. Cita-cita kita semuanya, pasti menginginkan memiliki anak yang shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih”.