Belajar sepanjang hayat, mungkin itu menjadi salah satu motivasi, bahwa belajar itu tidak ada batasnya. Dapat diartikan tidak ada kata berhenti untuk belajar. Kapanpun, dimanapun, dengan siapapun.
Belajar atau berlatih menjadi keniscayaan atau menjadi syarat mutlak, kalau ingin sukses. Tidak ada juara dunia tanpa latihan. Sebut saja pesepakbola terkenal Ronaldo. Dapat menjadi pemain hebat, pasti melalui ikhtiar hebat. Setelah hebat, apakah sudah tidak perlu berlatih?, tentu tidak, masih harus banyak berlatih. Berhenti berlatih, sama saja dengan pisau yang lama tidak dipakai dan tidak pernah diasah, akan menjadi tumpul dan tidak tajam.
Seperti yang dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga, pada Kamis (2/2) beberapa hari yang lalu, berkunjung untuk studi tiru ke SMP Muhammadiyah 2 Cilacap (Mudacil). Tujuannya adalah untuk belajar kelas digital. Rencana yang sudah tertunda cukup lama, alhamdulillah dapat terlaksana dengan baik.
Berangkat dari Slinga Purbalingga pukul 06.30 dan alhamdulillah sampai ke Mudacil pukul 08.56. Agak terlambat dari perkiraan, yaitu durasi perjalanan 2 jam. Satu hal yang tidak dianstisipasi, kondisi padat kendaraan saat bersamaan dengan berangkat sekolah dan bekerja.
Rombongan disambut langsung oleh Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Cilacap ustadz Bambang Kusmiyanto beserta beberapa dewan guru. Kemudian kami diajak untuk foto bersama dan dipersilahkan masuk ke ruang meeting. Ruang yang tidak terlalu luas, namun sangat nyaman. Di meja sudah tersedia berbagai jenis suguhan. Ada hal menarik, dus snacknya adalah dus yang bertuliskan SMP Mudacil, Sekolah Para Bintang. Saya berfikiran hal kecil saja, diperhatikan dan menjadi ajang membranding sekolah.
Sekitar dua setengah jam, kami mendapatkan penjelasan dari Kepala Mudacil dan penanggung jawab kelas digital. Ada diskusi yang menarik dan hidup. Kami dari Mufourga seperti sangat haus dengan informasi kelas digital. Apalagi ada motivasi, bahwa kelas digital menjadi kelas peminatan yang paling banyak dilirik oleh calon siswa baru. Terbukti sekarang sudah menerima tiga kelas digital.
Setelah diskusi di ruang meeting dirasa cukup, rombongan diajak untuk melihat langsung proses pembelajaran kelas digital. Di ruang kelas, kami juga menyerap informasi dari para siswa dan guru yang sedang mengajar. Sepertinya para siswa sudah sangat menguasai materi yang diberikan. Tidak ada buku di meja belajar, adanya laptop-laptop di depan siswa masing-masing.