Mempererat jalinan persaudaraan sesama pejuang pesantren, merupakan salah satu strategi jitu, untuk membesarkan pesantren masing-masing. Saling memberi informasi, akan terjadi apabila memiliki kedekatan. Saling menyapa, akan berdampak hati semakin dekat. Saling mengenal, akan memiliki konsekuensi positif.
Berbagi itu, tidak menyebabkan apa yang menjadi bagiannya menjadi berkurang. Malahan akan semakin bertambah banyak dan memiliki keberkahan. Berkah itu sesuatu yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Berkah itu tidak mesti harus banyak. Banyak belum tentu cukup, sedikit belum tentu kekurangan.
Selasa (6/12) PPMTQ Daarussalaam Slinga Purbalingga, berusaha mendekatkan hati dengan saudara seperjuangan dari Ponpes Daarul Ulum Majenang Cilacap, ponpes Al Ijtihad Sirau Banyumas dan MBS Wanayasa Banjarnegara.
Kegiatan yang dilakukan, adalah bertemu bersama di MBS Wanayasa Banjarnegara. Tujuan pertemuan, selain silaturahmi, juga ingin diskusi, ngobrol, berbagi pengalaman dari masing-masing ponpes. Salah satu yang menjadi tema diskusi adalah, bagaimana mengelola keuangan pesantren yang efektif dan efisien. Kebetulan MBS Wanayasa sudah terlebih dahulu memiliki program Pesantren Go Digital.
MBS Wanayasa, sudah melaksanakan program digitalisasi untuk transaksi keuangan di pesantren. Seperti uang saku, transaksi jual beli di kantin atau toko pesantren dan syahriyah atau sumbangan pendidikan. Efektivitasnya adalah catatan rapi dan ada rekam jejak digitalnya. Sehingga dapat meminimalkan terjadinya kecurangan, pencurian dan kehilangan. Kekurangannya yang sangat terasa, apabila jaringan internet lambat dan berakibat waktu lebih lama dalam bertransaksi. Sehingga menimbulkan antrian yang panjang.
Keuntungan yang lain, dapat meningkatkan peran serta atau partisipasi orang tua wali santri. Yang diceritakan kemarin saat diskusi itu, “orang tua wali santri akan lebih perhatian, apabila selalu diingatkan.iii Terutama diingatkan tentang pembayaran tagihan pesantren”. Saya sempat bertanya, adakah perbedaan nyata, saat sebelum dan sesudah memberlakukan program ini. Ternyata sangat signifikan, karena perhatian wali santri meningkat. Ditandai dengan pemasukan setiap bulannya, dapat mencapai 90 persen lebih.
Sebuah informasi yang sangat berharga. Hampir disemua pesantren, keuangan menjadi masalah krusial. Manajemen yang strategis dan taktis sangat dibutuhkan. Agar pesantren dapat berjalan tegak, dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk para customer. Menjadi pertanyaan utama yang terlontar dari banyak pengelola pesantren. “Syahriyah itu adalah uang untuk makan santri, tapi mengapa orang tua wali santri masih sedikit yang perhatian terhadap syahriyah. Paling tidak berfikir, bahwa orang tua setiap hari harus memberi makan untuk anaknya. Apa yang terjadi, kalau sampai tidak atau telat membayar syahriyah????.(*)